Arsip Blog

Kamis, 17 November 2016

Hilangkan Sifat Su'udhon

hai..sekedar berbagi pengalaman nih, kemarin waktu ada ujian tengah semester, mahasiswa fakultas teknik harus melunasi 70% biaya pendidikan, kebetulan saya kurang Rp. 1.530.000 , wow uang dari mana sebanyak itu ? dan mengumpulkannya dalam hitungan hari. dan yang terfikir dipikiranku adalah "Nelfon orang rumah" , yaps dalam waktu itu aku mencoba nelfon orang rumah, dan telfon itu pun ku tujukan untuk seseorang yang selalu ada untukku, siapa lagi kalau bukan si Emak khunainah :) , dengan setengah keberanian, antara mau dan tidak mau, Panggilan handphone ku ketik dengan inisial M. Z , yaps inisial M.Z adalah nama kedua mbak yang ada di handphoneku, telfon 2 sampai 3 kali, tak ada yang respon, dan beralihlah ku ketik kembali dengan inisial M. U , dan hanya butuh 1

kali panggilan, sudah terangkat, "Mbaak.. sampean nek endi ? omah kidul opo lor? ( Mbak...kamu dimana? dirumah selatan apa Utara) , dan si mbak bilang, "Iki nek omah lor"(ini dirumah yang utara) , dan langsung "Mba ono mak e, nek ono enak no mak e po'o, aku pengen ngomong"( Mba ada emak? kalau ada, tolong kasihkan, aku mau ngomong sama emak) , dan langsung obrolan dimulai dengan si emak, perlu basa basi dulu "Mak sampean ada uang kah ? aku mau pinjam uang dulu mak.. buat bayar ujian", dan emak dengan semangat bilang "Iyaaa.. emak punya uang tabungan, butuh berapa?" , ku sebut dengan nominal, mungkin emak cukup kaget, yaps kaget banget.. uang sebanyak itu dapat dari mana?
.
dengan selang waktu beberapa hari, setelah itu ku coba mengalihkan pembicaraan "Mak opo aku telfon kakak ta? ngomong pinjam uang" , bukan tipe minta walaupun di keluarga sendiri, yaa walaupun juga akunya anak paling bontot. dan setelah perbincangan usai, ku lanjut sms kedua kakakku yang sedang tugas, sms nya cukup bilang "kak ini adik, kak adik butuh bantuan buat bayar ujian" , dan langsung seketika itu dapat respon dari salah satu kakak, dan langsung di transfer, yaa Alhamdulillah berapapun nominalnya harus disyukuri, buat ngeringankan biaya, dan kakakku yang satunya tak ada balasan, dan seketika itu terfikir sifat su'udhon, "Hah.. kok nggak ada balasan sih kak", dan akupun nggak berani sms lagi, cukup 1 kali itu saja, beberapa hari kemudian, eh 2 minggu kemudian, balasan sms dari kakak satunya baru muncul "Dik, sudah ditransfer belum sama kakak ...... " , dan langsung ku balas, si kakak langsung telfon, ngobrol cukup panjang, dan hanya menghitung jam transferan langsung masuk.
dan ku melupakan aktivitas kakakku yang berprofesi tentara itu, aah kak maafkan adikmu ini, yang su'udhon.
.
.
Pelajaran kali ini adalah "STOP JANGAN SU'UDHON" , ada beberapa alasan orang yang tak pernah kita ketahui, dia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tapi semua ada waktunya.
.
.
.
Kak hatur nuhun, terima kasih atas bimbingan para kakaknya mala mulai dari mala masih kecil sampai sudah segedhe gini, dan tak pernah lupa selalu ada kalimat motivasi setiap berjumpa.

Kamis, 25 Agustus 2016

Surat Untuk "Pak Nawawi"

Untuk pangeranku yang tak berkuda…
Meskipun begitu, kau bisa menjadikanku laksana tuan putri yang selalu kau jaga.

Teringat masa itu saat rambutku masih di kuncir dua. Kau menggendongku seakan menerbangkan badanku ke angkasa. Memutarkan badanku seperti pesawat. Sungguh, aku rindu masa itu. Masa di mana seseorang mengajakku terbang tinggi dan tidak pernah sekalipun di jatuhkan, berbeda seperti sekarang.

Perlahan bersama Ibu, kau ajarkanku menjadi perempuan yang taat pada-Nya. Kau berikanku nasihat agar menjadi sebaik-baiknya pandangan di mana saat para laki-laki memandangku, mereka menundukkan pandangannya.

Kau memang tak seperhatian Ibu, namun seiring berjalannya waktu, cintamu adalah cinta yang tak terlihat tetapi nyata.

Amarahmu memang langsung menusuk ke sela-sela jantung. Membuatku tegang dan takut. Namun aku paham, amarahmu adalah perisai yang selalu menjagaku dari kejahatan.
Ayah, maafkan putrimu ini yang sama sekali belum bisa membahagiakan atau justru semakin dewasa semakin menyusahkan.

Sesekali aku melihat kau tertidur pulas, aku menangis tersedu saat membayangkan “Bagaimana jika Ayah tertidur selamanya?” Ayah, ketahuilah sungguh aku tak sanggup!. Jika bisa aku meminta pada-Nya, sebelum kau pergi aku ingin pergi terlebih dahulu. Aku tidak ingin merasakan hidup tanpa Ayah, seorang laki-laki terbaik yang mengerti segala keadaanku dan tak peduli apapun kondisinya, tetap tujuannya adalah membahagikanku.

Kau bilang, “Jika kamu tersakiti oleh laki-laki lain, Ayah lebih merasakan sakit itu.” Pelukanmu selalu bisa menjadi penawar luka hati, belaianmu selalu bisa mengembalikan senyum ikhlasku.

Sampai kapanpun kau tetap anggapku putri kecil Ayah yang manja. Aku bangga itu.

Bohong jika aku tak sayang Ayah. Hanya saja terkadang aku malu untuk mengungkapkan cinta dan rindu.

Saat kesabaranku tak di hargai, Ayah mejadi penguatku untuk tetap menjadi orang baik.

Aku ingin seperti Ibu yang di cintai Ayah dengan tulus dan cintanya atas dasar Allaah, menjadikan ibu wanita terindah satu-satunya yang bisa membangun surga bersama.

Layaknya hujan, di setiap rintiknya tersimpan cintaku untuk Ayah.

Sumber @duniajilbab